Pernah denger tentang I’anatu Ath-Tholibin? Kalau kamu anak pesantren atau serius belajar fikih mazhab Asy-Syafi’i, pasti udah nggak asing lagi dengan kitab ini. Meskipun cukup kompleks dan mendalam, kitab ini punya peran yang sangat penting dalam memahami hukum-hukum Islam. Jadi, kenapa kitab ini bisa jadi begitu populer dan relevan sampai sekarang? Yuk, kita bahas lebih jauh!
Apa Itu Kitab I’anatu Ath-Tholibin?
Secara sederhana, I’anatu Ath-Tholibin adalah kitab syarah (penjelasan) dari Fathu Al-Mu’in karya Al-Malibari, yang mana Fathu Al-Mu’in sendiri adalah salah satu kitab syarah terkenal dalam mazhab Asy-Syafi’i. Kitab ini khusus dibuat untuk membantu para pelajar atau penuntut ilmu (dalam hal ini disebut tholibin) untuk memahami secara rinci tentang hukum-hukum fikih dalam mazhab tersebut.
Nama lengkapnya memang panjang, yaitu I’anatu Ath-Tholibin ‘ala Halli Alfazhi Fathi Al-Mu’in—yang bisa diterjemahkan sebagai “Menolong para penuntut ilmu untuk memecahkan lafaz-lafaz dalam kitab Fathu Al-Mu’in.” Dibilang panjang memang, tapi tujuannya jelas: membantu penuntut ilmu agar bisa memecahkan atau menguraikan istilah-istilah sulit yang ada dalam kitab Fathu Al-Mu’in. Jadi, bisa dibilang kitab ini adalah semacam “kunci” yang membuka makna dari tulisan-tulisan yang lebih rumit.
Yang bikin kitab ini spesial adalah, bukan hanya sekadar syarah biasa, tapi lebih ke arah hasyiyah atau penjelasan tambahan yang lebih rinci dari penjelasan sebelumnya. Dalam tradisi literatur fikih Arab, istilah syarah digunakan untuk menggambarkan penjelasan atas sebuah teks ringkas (biasanya mukhtashor), sementara hasyiyah adalah penjelasan yang lebih mendalam lagi atas teks yang sudah ada. Jadi, I’anatu Ath-Tholibin ini lebih daripada sekadar komentar biasa terhadap Fathu Al-Mu’in, tapi sebuah ulasan yang mengurai detail lebih mendalam.
As-Sayyid Al-Bakri: Sosok Di Balik Karya Besar Ini
Nah, yang menulis kitab ini adalah As-Sayyid Al-Bakri, seorang ulama besar yang lahir di Mekah pada tahun 1226 H. Beliau dikenal bukan hanya sebagai pengarang I’anatu Ath-Tholibin, tapi juga sebagai penulis karya-karya penting lainnya, seperti Ad-Duror Al-Bahiyyah yang sangat terkenal di kalangan para santri. Kalau kamu mendalami fikih mazhab Asy-Syafi’i, nama As-Sayyid Al-Bakri pasti nggak asing lagi, kan?
Latar belakang beliau yang mendalam dalam ilmu agama dan sejarah perjalanan hidupnya yang luar biasa tentu mempengaruhi kualitas karya-karyanya. Al-Bakri adalah seorang hafidz (penghafal Al-Qur’an) sejak usia muda, dan banyak belajar dari berbagai ulama besar, termasuk Ahmad Dahlan. Keahlian beliau dalam memahami dan menyampaikan fikih menjadikannya salah satu rujukan utama dalam dunia pesantren.
Kisah penulisan kitab I’anatu Ath-Tholibin juga cukup menarik. Kitab ini berawal dari pengajian yang beliau selenggarakan di Mekah. Dalam pengajian itu, beliau mengajarkan kitab Fathu Al-Mu’in karya Al-Malibari. Di sela-sela mengajar, beliau sering menulis catatan kaki untuk menjelaskan beberapa istilah atau kalimat yang sulit dipahami. Lama-lama, banyak murid beliau yang meminta agar catatan kaki tersebut dibukukan supaya bisa jadi referensi yang lebih luas. Pada awalnya, As-Sayyid Al-Bakri merasa kurang layak, tetapi dengan desakan terus-menerus, akhirnya beliau memutuskan untuk menyusun dan mengkompilasi catatan-catatan tersebut menjadi sebuah kitab yang akhirnya kita kenal dengan nama I’anatu Ath-Tholibin.

Struktur dan Isi Kitab: Tidak Sekadar Hukum, Tapi Filosofi di Baliknya
Yang menarik dari kitab ini adalah bagaimana As-Sayyid Al-Bakri mengungkapkan bukan hanya soal hukum fikih, tetapi juga filosofi dan alasan dibalik pemilihan bab atau penataan hukum-hukum tersebut. Misalnya, dalam penjelasan tentang bab faroidh (pembagian warisan), beliau menekankan bahwa ilmu ini adalah setengah dari ilmu fikih, dan itulah sebabnya bab ini diletakkan di bagian tengah kitab. Ini menunjukkan pemahaman beliau tentang sistematika penyusunan hukum yang sangat mendalam.
Kitab I’anatu Ath-Tholibin ini nggak hanya memberikan penjelasan tentang hukum, tetapi juga memberi pencerahan mengenai konteks sejarah dan pemikiran di balik keputusan-keputusan hukum yang diambil. Dalam setiap bab, As-Sayyid Al-Bakri memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang alasan di balik penempatan bab-bab tertentu. Misalnya, beliau mengungkapkan mengapa bab ibadah dan muamalat lebih dahulu dibahas dibanding bab-bab lainnya, karena itu adalah aspek yang sangat berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari.
Selain itu, beliau juga sering memberikan penjelasan tentang sumber hukum yang digunakan, baik dari Al-Qur’an maupun hadis. Penjelasan ini nggak hanya mencakup teks-teks hukum, tapi juga konteks dan makna yang lebih luas dari teks tersebut. Kalau ada istilah-istilah fikih yang terdengar asing, beliau akan memberikan penjelasan mendalam supaya pembaca nggak hanya sekadar paham dengan kata-katanya, tapi juga dengan inti dari setiap masalah hukum yang dibahas.

Keunikan dan Keistimewaan Kitab Ini dalam Konteks Mazhab Asy-Syafi’i
Keistimewaan lain dari I’anatu Ath-Tholibin adalah cara As-Sayyid Al-Bakri menggunakan referensi dari para ulama besar dalam mazhab Asy-Syafi’i. Beliau banyak mengutip dari kitab-kitab karya ulama-ulama terdahulu seperti Tuhfatu Al-Muhtaj karya Ibnu Hajar Al-Haitami, Nihayatu Al-Muhtaj karya Ar-Romli, hingga Syarah Roudhu Ath-Tholib karya Zakariyya Al-Anshori. Dengan cara ini, I’anatu Ath-Tholibin bisa dipandang sebagai karya yang merangkum pendapat-pendapat jumhur (mayoritas) para ulama, khususnya dalam membahas hal-hal yang lebih rinci dan belum dibahas secara detail oleh ulama-ulama sebelumnya.
Selain itu, dalam menyampaikan pendapat, As-Sayyid Al-Bakri sering kali tidak menyebutkan siapa yang mengungkapkan pendapat tersebut. Hal ini bukan karena beliau ingin menyembunyikan penghargaan terhadap ulama-ulama tersebut, tetapi lebih karena beliau ingin menghindari penjelasan yang bertele-tele. Pendekatan ini memang cukup khas dalam tulisan-tulisan beliau, yang lebih fokus pada substansi daripada pada ornamen atau penyebutan nama.

Kesimpulan: Kenapa I’anatu Ath-Tholibin Masih Relevan Hingga Sekarang
Jadi, kenapa I’anatu Ath-Tholibin tetap relevan sampai sekarang? Selain karena menyajikan penjelasan yang mendalam dan sistematis mengenai hukum fikih mazhab Asy-Syafi’i, kitab ini juga menjadi salah satu referensi penting yang menghubungkan antara pendapat ulama-ulama klasik dan para ahli fikih modern. Dengan memberikan pemahaman lebih mendalam tentang pembagian bab, sumber hukum, dan konteks hukum, kitab ini gak hanya jadi referensi fikih, tapi juga sarana pembelajaran bagi siapapun yang serius ingin memahami mazhab Asy-Syafi’i lebih lanjut.
Bagi kamu yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang sinopsis buku yang mengupas tuntas pemikiran-pemikiran besar dalam fikih Asy-Syafi’i, I’anatu Ath-Tholibin adalah kitab yang bisa banget jadi pilihan. Kitab ini bukan hanya untuk santri atau pelajar, tapi juga untuk siapa saja yang ingin memperdalam pengetahuan tentang sejarah hukum Islam. Dan tentu aja, nggak hanya memberikan penulis buku yang berkualitas seperti As-Sayyid Al-Bakri, tetapi juga memberi kamu wawasan yang lebih luas tentang bagaimana fikih berkembang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.